Kita telah belajar dari alam selama berabad-abad. Berbagai penemuan pun
mayoritas terinspirasi dari segala ciptaan Tuhan yang ada. Manusia bisa
membuat pesawat setelah mengamati burung, membuat kendaraan militer
amphibi dengan belajar dari kodok, dan banyak lagi.
Lampu kunang-kunang/gizmodo.com
Sekarang, kunang-kunang memberi ilham kepada para ilmuwan untuk membuat
lampu yang tidak membutuhkan daya listrik sehingga lebih hemat energi.
Ya, para peneliti di Universitas Syracuse, New York, berhasil
menciptakan sumber cahaya buatan dari gabungan unsur biologis dan
nonbiologis. Material biologis dalam hal ini adalah enzim milik serangga
kunang-kunang.
Seperti kita ketahui, kunang-kunang adalah salah satu hewan bioluminescence terbaik yang dapat kita temukan di alam bebas. Cahaya yang mereka hasilkan adalah reaksi dari bercampurnya senyawa kimia luciferin dan enzim luciferase.
Nah, apa yang dilakukan oleh peneliti ini adalah menambahkan enzim luficerase kedalam permukaan sekumpulan nanorod (objek berukuran nano) yang terbuat dari material semikonduktor cadmium sulfide dan cadmiun seleneide. Nanorod-nanorod ini akan menyala ketika mereka terkena luciferin yang dalam percobaan ini berfungsi layaknya bahan bakar. Proses ini dinamakan dengan Bioluminescence Resonance Energy Transfer (BRET).
Dan lampu buatan ini juga mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan cahaya alaminya. Menurut peneliti, dengan memanipulasi ukuran nanorod, maka cahaya yang ditimbulkan juga bisa menjadi beraneka warna, tidak hanya satu warna seperti yang dapat dihasilkan oleh kunang-kunang.
Walaupun mereka belum menemukan bentuk pengaplikasian yang tepat untuk kebutuhan dunia nyata, namun mereka mengatakan lampu ini bisa saja digunakan untuk pengganti sumber cahaya lampu LED di masa yang akan datang.
Seperti kita ketahui, kunang-kunang adalah salah satu hewan bioluminescence terbaik yang dapat kita temukan di alam bebas. Cahaya yang mereka hasilkan adalah reaksi dari bercampurnya senyawa kimia luciferin dan enzim luciferase.
Nah, apa yang dilakukan oleh peneliti ini adalah menambahkan enzim luficerase kedalam permukaan sekumpulan nanorod (objek berukuran nano) yang terbuat dari material semikonduktor cadmium sulfide dan cadmiun seleneide. Nanorod-nanorod ini akan menyala ketika mereka terkena luciferin yang dalam percobaan ini berfungsi layaknya bahan bakar. Proses ini dinamakan dengan Bioluminescence Resonance Energy Transfer (BRET).
Dan lampu buatan ini juga mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan cahaya alaminya. Menurut peneliti, dengan memanipulasi ukuran nanorod, maka cahaya yang ditimbulkan juga bisa menjadi beraneka warna, tidak hanya satu warna seperti yang dapat dihasilkan oleh kunang-kunang.
Walaupun mereka belum menemukan bentuk pengaplikasian yang tepat untuk kebutuhan dunia nyata, namun mereka mengatakan lampu ini bisa saja digunakan untuk pengganti sumber cahaya lampu LED di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment